Selasa, 04 Februari 2014

PEMBANGUNAN SEIMBANG

STRATEGI PEMBANGUNAN SEIMBANG
Pembangunan seimbang dapat diartikan sebagai pembangunan berbagai jenis industri secara berbarengan (simultaneous) sehingga industri tersebut saling menciptakan pasar bagi yang lain. Selain itu, pembangunan seimbang ini juga dapat diartikan sebagai keseimbangan pembangunan di berbagai sektor. Misalnya antara sektor industri dan sektor pertanian, antara industri barang konsumen dan industri barang modal, antara sektor luar negeri dan sektor domestik, antara sektor produktif dan sektor prasarana. Strategi pembangunan seimbang ini dilaksanakan dengan maksud untuk menjaga agar proses pembangunan tidak menghadapi hambatan-hambatan dalam: (1) memperoleh bahan baku, tenaga ahli, sumberdaya energi, dan fasilitas-fasilitas untuk mengangkut hasil-hasil produksi ke pasar, dan (2) memperoleh pasar untuk barang-barang yang telah dan yang akan diproduksi.

MENURUT ROSENSTEIN-RODAN
Istilah pembangunan seimbang itu diciptakan oleh Nurkse (1956). Namun demikian, teori ini pertama kali dikemukakan oleh Paul Rosenstein-Rodan (1953) dengan nama teori dorongan besar-besaran (the big push theory). Nurkse dan Rosenstein-Rodan berpandangan bahwa program industrialisasi di daerah yang kurang berkembang merupakan solusi jitu untuk menciptakan distribusi pendapatan yang lebih merata di dunia dan untuk meningkatkan pendapatan di daerah yang relatif terbelakang agar mereka dapat mengejar ketertinggalannya dari daerah-daerah maju. Inti dari tesis Rosenstein-Rodan adalah bahwa untuk menanggulangi hambatan pada pembangunan ekonomi di NSB dan untuk mendorong perekonomian tersebut ke arah kemajuan diperlakukan suatu “dorongan besar-besaran” atau suatu program menyeluruh yang mengacu pada sejumlah minimum investasi tertentu. Menurut Rosenstein-Rodan, ada tiga jenis syarat mutlak minimal dan eksternalitas ekonomi, yaitu:
1.      Syarat mutlak minimal dalam fungsi produksi. Menurut Rosenstein-Rodan, jumlah investasi minimal dalam input ataupun proses produksi akan berpengaruh pada kenaikan pendapatan yang diperoleh.
2.      Syarat mutlak minimal pada permintaan. Syarat mutlak minimal permintaan atau saling melengkapinya permintaan, solusinya adalah pendirian secara serentak industri-industri yang saling berkaitan di NSB


3.      Syarat mutlak minimal pada persediaan tabungan. Elastisitas pendapatan yang tinggi dari tabungan merupakkan syarat mutlak minimal ketiga yang diajukan oleh Rosenstein-Rodan. Sejumlah minimum investasi tertentu memerlukan sejumlah proporsi tertentu dari tabungan.

MENURUT NURKSE
Pada dasarnya, pandangan Nurkse tidak banya berbeda dengan Rosenstein-Rodan. Dalam analisisnya, Nurkse (1956) menekankan bahwa  pembangunan ekonomi bukan hanya menghadapi masalah pada kelangkaan modal, tetapi juga dalam mendapatkan pasar bagi barang-barang industri yang akan dikembangkan. Nurkse mengatakan bahwa tingkat investasi yang rendah muncul sebagai akibat dari rendahnya daya beli masyarakat, sedangkan rendahnya daya beli itu disebabkan oleh rendahnya pendapatan riil masyarakat. Rendahnya pendapatan riil masyarakat ini disebabkan oleh rendahnya produktivitas. Fenomena tersebut yang kemudian kita kenal dengan nama “lingkaran setan kemiskinan”. Jadi, menurut Nurkse, strategi pembangunan seimbang memerlukan adanya keseimbangan pada berbagai sektor ekonomi. Harus ada keseimbangan antara investasi sektor pertanian dan di sektor industri, karena kedua sektor ini dinilai saling melengkapi satu sama lain.

MENURUT SCITOVSKY
Hirschman mengelompokkan Tibor Scitovsky dan Arthur Lewis sebagai pencetus pembangunan keseimbangan pada sisi penawaran, sedangkan Rosenstein-Rodan menekankan pada sisi permintaan. Scitovsky (1954) menyebutkan adanya dua konsep eksternalitas ekonomi dan manfaat yang diperoleh suatu industri dari adanya dua macam eksternalitas ekonomi yang ada dalam perekonomian tersebut. Ekternalitas ekonomi dibedakan menjadi dua yaitu seperti yang terdapat dalam teori keseimbangan dan seperti yang terdapat dalam teori pembangunan. Dalam teori keseimbangan (teori ekonomi konvensional), eksternalitas ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan efisiensi yang terjadi pada suatu industri sebagai akibat dari adanya perbaikan teknologi pada industri lain. Eksternalitas ekonomi seperti ini disebut eksternalitas ekonomi teknologi (technological external economies). Di sisi lain, hubungan saling ketergantungan antara berbagai industri juga dapat menciptakan eksternalitas ekonomi yang berkaitan dengan keuangan (pecuniary external economies), yatu kenaikan keuntungan yang dperoleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh tindakan-tindakan perusahaan lain.

MENURUT LEWIS
Sementara itu, dalam analisisnya Lewis (1954) menekankan tentang perlunya pembangunan seimbanga yang didasarkan pada keuntungan yang akan diperoleh dari adanya saling ketergantugan antara berbagai sektor, yaitu antara sektor pertanian dan sektor industri serta antara sektor dalam negeri dan luar negeri. Menurut Lewis, akan timbul banyak masalah jika usaha pembangunan hanya dipusatkan pada satu sektor saja. Tanpa adanya keseimbangan pembangunan antara berbagai sektor akan menimbulkan adanya ketidakstabilan dan gangguan terhadap kelancaran kegiatan ekonomi sehingga proses pembangunan proses terhambat

KRITIK TERHADAP STRATEGI PEMBANGUNAN SEIMBANG
Banyak ekonom yang mengkritik strategi pembangunan seimbang, antara lain Hirschman, Streeten, dan Singer. Hirschman dapat dianggap sebagai pengritik yang paling “baik”, karena selain menunjukkan kelemahan-kelemahan strategi pembangunan seimbang, dia juga mengemukakan teorinya, yaitu strategi pembangunan tak seimbang. Berikut ini adalah sejumlah kritik yang diajukan beberapa pakar ekonomi pembangunan tersebut yaitu:
1.      Peningkatan biaya.
2.      Tidak menaruh perhatian pada penurunan biaya.
3.      Adanya kecenderungan hubungan yang bersifat substitutif antarindustri.
4.      Gagal sebagai teori pembangunan.
5.      Di luar kemampuan NSB.
6.      Kelangkaan sumberdaya di NSB.
7.      Adanya disproporsi pada faktor produksi di NSB.
8.      Investasi secara besar-besaran bukanlah sebuah solusi.
9.      Tidak mempertimbangkan faktor perencanaan.

10.  Menimbulkan eksternalitas negatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar