STRATEGI PEMBANGUNAN SEIMBANG
Pembangunan seimbang dapat diartikan sebagai pembangunan berbagai
jenis industri secara berbarengan (simultaneous)
sehingga industri tersebut saling menciptakan pasar bagi yang lain. Selain itu,
pembangunan seimbang ini juga dapat diartikan sebagai keseimbangan pembangunan
di berbagai sektor. Misalnya antara sektor industri dan sektor pertanian,
antara industri barang konsumen dan industri barang modal, antara sektor luar
negeri dan sektor domestik, antara sektor produktif dan sektor prasarana.
Strategi pembangunan seimbang ini dilaksanakan dengan maksud untuk menjaga agar
proses pembangunan tidak menghadapi hambatan-hambatan dalam: (1) memperoleh
bahan baku, tenaga ahli, sumberdaya energi, dan fasilitas-fasilitas untuk
mengangkut hasil-hasil produksi ke pasar, dan (2) memperoleh pasar untuk
barang-barang yang telah dan yang akan diproduksi.
MENURUT ROSENSTEIN-RODAN
Istilah pembangunan seimbang itu diciptakan oleh Nurkse (1956). Namun
demikian, teori ini pertama kali dikemukakan oleh Paul Rosenstein-Rodan (1953)
dengan nama teori dorongan besar-besaran (the
big push theory). Nurkse dan Rosenstein-Rodan berpandangan bahwa program
industrialisasi di daerah yang kurang berkembang merupakan solusi jitu untuk
menciptakan distribusi pendapatan yang lebih merata di dunia dan untuk
meningkatkan pendapatan di daerah yang relatif terbelakang agar mereka dapat
mengejar ketertinggalannya dari daerah-daerah maju. Inti dari tesis
Rosenstein-Rodan adalah bahwa untuk menanggulangi hambatan pada pembangunan
ekonomi di NSB dan untuk mendorong perekonomian tersebut ke arah kemajuan
diperlakukan suatu “dorongan besar-besaran” atau suatu program menyeluruh yang
mengacu pada sejumlah minimum investasi tertentu. Menurut Rosenstein-Rodan, ada
tiga jenis syarat mutlak minimal dan eksternalitas ekonomi, yaitu:
1. Syarat mutlak minimal dalam fungsi
produksi. Menurut Rosenstein-Rodan, jumlah investasi minimal dalam input ataupun proses produksi akan
berpengaruh pada kenaikan pendapatan yang diperoleh.
2. Syarat mutlak minimal pada permintaan.
Syarat mutlak minimal permintaan atau saling melengkapinya permintaan,
solusinya adalah pendirian secara serentak industri-industri yang saling berkaitan
di NSB
3. Syarat mutlak minimal pada persediaan
tabungan. Elastisitas pendapatan yang tinggi dari tabungan merupakkan
syarat mutlak minimal ketiga yang diajukan oleh Rosenstein-Rodan. Sejumlah
minimum investasi tertentu memerlukan sejumlah proporsi tertentu dari tabungan.
MENURUT NURKSE
Pada dasarnya, pandangan Nurkse tidak banya berbeda dengan
Rosenstein-Rodan. Dalam analisisnya, Nurkse (1956) menekankan bahwa pembangunan ekonomi bukan hanya menghadapi
masalah pada kelangkaan modal, tetapi juga dalam mendapatkan pasar bagi
barang-barang industri yang akan dikembangkan. Nurkse mengatakan bahwa tingkat
investasi yang rendah muncul sebagai akibat dari rendahnya daya beli
masyarakat, sedangkan rendahnya daya beli itu disebabkan oleh rendahnya pendapatan
riil masyarakat. Rendahnya pendapatan riil masyarakat ini disebabkan oleh
rendahnya produktivitas. Fenomena tersebut yang kemudian kita kenal dengan nama
“lingkaran setan kemiskinan”. Jadi, menurut Nurkse, strategi pembangunan
seimbang memerlukan adanya keseimbangan pada berbagai sektor ekonomi. Harus ada
keseimbangan antara investasi sektor pertanian dan di sektor industri, karena
kedua sektor ini dinilai saling melengkapi satu sama lain.
MENURUT SCITOVSKY
Hirschman mengelompokkan Tibor Scitovsky dan Arthur Lewis sebagai
pencetus pembangunan keseimbangan pada sisi penawaran, sedangkan
Rosenstein-Rodan menekankan pada sisi permintaan. Scitovsky (1954) menyebutkan
adanya dua konsep eksternalitas ekonomi dan manfaat yang diperoleh suatu
industri dari adanya dua macam eksternalitas ekonomi yang ada dalam
perekonomian tersebut. Ekternalitas ekonomi dibedakan menjadi dua yaitu seperti
yang terdapat dalam teori keseimbangan dan seperti yang terdapat dalam teori
pembangunan. Dalam teori keseimbangan (teori ekonomi konvensional),
eksternalitas ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan efisiensi yang
terjadi pada suatu industri sebagai akibat dari adanya perbaikan teknologi pada
industri lain. Eksternalitas ekonomi seperti ini disebut eksternalitas ekonomi
teknologi (technological external
economies). Di sisi lain, hubungan saling ketergantungan antara berbagai
industri juga dapat menciptakan eksternalitas ekonomi yang berkaitan dengan
keuangan (pecuniary external economies),
yatu kenaikan keuntungan yang dperoleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh
tindakan-tindakan perusahaan lain.
MENURUT LEWIS
Sementara itu, dalam analisisnya Lewis (1954) menekankan tentang
perlunya pembangunan seimbanga yang didasarkan pada keuntungan yang akan
diperoleh dari adanya saling ketergantugan antara berbagai sektor, yaitu antara
sektor pertanian dan sektor industri serta antara sektor dalam negeri dan luar
negeri. Menurut Lewis, akan timbul banyak masalah jika usaha pembangunan hanya
dipusatkan pada satu sektor saja. Tanpa adanya keseimbangan pembangunan antara
berbagai sektor akan menimbulkan adanya ketidakstabilan dan gangguan terhadap
kelancaran kegiatan ekonomi sehingga proses pembangunan proses terhambat
KRITIK TERHADAP STRATEGI
PEMBANGUNAN SEIMBANG
Banyak ekonom yang mengkritik strategi pembangunan seimbang, antara
lain Hirschman, Streeten, dan Singer. Hirschman dapat dianggap sebagai
pengritik yang paling “baik”, karena selain menunjukkan kelemahan-kelemahan
strategi pembangunan seimbang, dia juga mengemukakan teorinya, yaitu strategi
pembangunan tak seimbang. Berikut ini adalah sejumlah kritik yang diajukan
beberapa pakar ekonomi pembangunan tersebut yaitu:
1. Peningkatan
biaya.
2. Tidak
menaruh perhatian pada penurunan biaya.
3. Adanya
kecenderungan hubungan yang bersifat substitutif antarindustri.
4. Gagal
sebagai teori pembangunan.
5. Di
luar kemampuan NSB.
6. Kelangkaan
sumberdaya di NSB.
7. Adanya
disproporsi pada faktor produksi di NSB.
8. Investasi
secara besar-besaran bukanlah sebuah solusi.
9. Tidak
mempertimbangkan faktor perencanaan.
10. Menimbulkan
eksternalitas negatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar