Selasa, 04 Februari 2014

PEMBANGUNAN TAK SEIMBANG

STRATEGI PEMBANGUNAN TAK SEIMBANG
Strategi pembangunan tidak seimbang merupakan lawan dari strategi pembangunan seimbang. Menurut konsep ini, investasi seyogyanya dilakukan pada sektor yang terpilih daripada secara serentak di semua sektor ekonomi. Konsep pembangunan tidak seimbang ini dikenalkan Albert O. Hirschman dalam bukunya yang berjudul The Strategy of Economic Development (1958). Menurut Hirschman, investasi pada satu industri ataupun sektor-sektor yang strateggis dinilai akan mampu membuka kesempatan investasi baru dan membuka jalan bagi proses pembangunan selanjutnya. Menurut Hirschman, pola pembangunan tidak seimbang ini didasarkan oleh beberapa pertimbangan, yaitu:
1.      Secara historis, proses pembangunan ekonomi yang terjadi mempunyai corak yang tidak seimbang.
2.      Untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya yang tersedia.
3.      Pembangunan tidak seimbang akan berpotensi untuk menimbulkan kemacetan (bottlenecks) atau gangguan-gangguan dalam proses pembangunannya, tetapi hal tersebut dinilai akan menjadi pendorong bagi pembangunan selanjutnya.
PEMBANGUNAN TIDAK SEIMBANG ANTARA SEKTOR PRASARANA DAN SEKTOR PRODUKTIF
Persoalan mendasar yang dianalisis Hirschman dalam strategi pembangunan tidak seimbang adalah bagaimana cara untuk menentukan proyek pembangunan yang harus didahulukan berdasarkan suatu prioritas tertentu. Argumen utama yang mendasari pemikiran Hirschman adalah karena proyek-proyek tersebut memerlukan penggunaan modal dan sumberdaya lainnya yang tidak sedikit, dan seringkali melebihi modal dan sumberdaya yang tersedia, agar penggunaan berbagai sumberdaya yang tersedia tersebut dapat optimal maka diperlukan usaha pengalokasian sumberdaya yang efektif dan efisien.
  Cara pengalokasian sumberdaya tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

  • ·           Cara pilihan pengganti, yaitu suatu cara pemilihan proyek yang bertujuan untuk menentukan apakah  proyek A atau proyek B yang harus dilaksanakan.
  • ·         Cara pilihan penundaan, yaitu suatu cara pemilihan proyek yang menentukan urutan proyek yang dilaksanakan. Dengan kata lain, suatu cara pemilihan proyek dengan menentukan apakah proyek A atau proyek B yang harus didahulukan.
Berdasarkan prinsip pemilihan proyek di atas, Hirschman menganalisis masalah alokasi sumberdaya antara sektor prasarana atau Social Overhead Capital (SOC) dengan sektor produkktif yang dapat langsung menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat atau Direct Productive Activities (DPA). Menurut Hirschman, ada tiga macam pendekatan dalam pengembangan sektor prasarana dan sektor produktif, yaitu:
  1. §  Pembangunan seimbang antara kedua sektor tersebut
  2. §  Pembangunan tidak seimbang di mana pembangunan sektor prasarana lebih ditekankan
  3. §  Pembangunan tidak seimbang di mana sektor produktif lebih ditekankan.

PEMBANGUNAN TAK SEIMBANG DALAM SEKTOR PRODUKTIF
Menurut Hirschman, di dalam sektor produktif, mekanisme pendorong pembangunan yang tercipta sebagai akibat dari adanya hubungan antara berbagai industri dalam menyediakan barang-barang yang digunakan sebagai bahan baku dalam industri lainnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
Pengaruh berkaitan ke belakang(backward linkage effects): dimana ada rangsangan yang diciptakan oleh pembangunan suatu industri terhadap perkembangan industri-industri yang menyediakan input (bahan baku) bagi industri tersebut.
Pengaruh berkaitan ke depan(forward linkage effects): dimana ada rangsangan yang diciptakan oleh pembangunan suatu industri terhadap perkembangan industri-industri yang menggunakan produk industri yang pertama sebagai input (bahan baku) mereka.
Menurut Hirschman, ada dua jenis industri berdasarkan atas seberapa besar tingkat keterkaitan antarindustrinya, yaitu:
  • §  Industri satelit, industri ban mobil dan karoseri merupakan industri satelit dari industri mobil
  • §  Industri non-satelit, industri mobil tidak memiliki kaitan sama sekali dengan industri minuman ringan, oleh karena itu mereka termasuk dalam kelompok industri non-satelit.

Berikut adalah beberapa karakteristik industri satelit, yaitu:
  • §  Lokasinya berdekatan dengan industri induk sehingga akan dicapai satu skala efisiensi tertentu atas interaksi antarmereka.
  • §  Industri-industri tersebut menggunakan input utama yang berasal dari produk industri induk atau industri tersebut menghasilkan produk yang merupakan input dari industri induk, tetapi bukan merupakan input utama.                                                                                                    
  •  Besarnya industri satelit tidak akan melebihi industri induknya.
KRITIK TERHADAP STRATEGI PEMBANGUNAN TAK SEIMBANG
Strategi pembangunan tidak seimbang, seperti yang dikemukakan Hirschman, merupakan suatu doktrin yang realistis dan mempertimbangkan hampir seluruh aspek dalam perencanaan pembangunan. Berbagai insentif, hambatan dan perlawanan terhadap pembangunan dikaji dengan tepat dan cermat. Penekanan Hirschman pada strategi “promosi ekspor” dan “subtitusi impor” telah memberkan sebuah sentuhan realisme. Dia tidak menyetujui perencanaan totaliter macam negera-negara sosialis, tetapi dia juga tidak mendukung mekanisme pasar bekerja sendiri dalam perekonomian. Oleh karena itu, Hirschman dapat dikatakan sebagai pendukung sistem ekonomi campuran.
Terlepas dari itu semua, konsep pembangunan tidak seimbang ini juga tidak luput dari beberapa keterbatasan, yaitu:
  • ·         Kurangnya perhatian pada komposisi, arah dan waktu pertumbuhan tidak seimbang
  • ·         Mengabaikan kemungkinan timbulnya konflik internal
  • ·         Kurangnya sumberdaya yang dimiliki di NSB
  • ·         Rendahnya mobilitas sumberdaya di NSB
  • ·         Adanya ancaman inflasi
  • ·         Terlalu banyak penekanan pada investasi.



PEMBANGUNAN SEIMBANG

STRATEGI PEMBANGUNAN SEIMBANG
Pembangunan seimbang dapat diartikan sebagai pembangunan berbagai jenis industri secara berbarengan (simultaneous) sehingga industri tersebut saling menciptakan pasar bagi yang lain. Selain itu, pembangunan seimbang ini juga dapat diartikan sebagai keseimbangan pembangunan di berbagai sektor. Misalnya antara sektor industri dan sektor pertanian, antara industri barang konsumen dan industri barang modal, antara sektor luar negeri dan sektor domestik, antara sektor produktif dan sektor prasarana. Strategi pembangunan seimbang ini dilaksanakan dengan maksud untuk menjaga agar proses pembangunan tidak menghadapi hambatan-hambatan dalam: (1) memperoleh bahan baku, tenaga ahli, sumberdaya energi, dan fasilitas-fasilitas untuk mengangkut hasil-hasil produksi ke pasar, dan (2) memperoleh pasar untuk barang-barang yang telah dan yang akan diproduksi.

MENURUT ROSENSTEIN-RODAN
Istilah pembangunan seimbang itu diciptakan oleh Nurkse (1956). Namun demikian, teori ini pertama kali dikemukakan oleh Paul Rosenstein-Rodan (1953) dengan nama teori dorongan besar-besaran (the big push theory). Nurkse dan Rosenstein-Rodan berpandangan bahwa program industrialisasi di daerah yang kurang berkembang merupakan solusi jitu untuk menciptakan distribusi pendapatan yang lebih merata di dunia dan untuk meningkatkan pendapatan di daerah yang relatif terbelakang agar mereka dapat mengejar ketertinggalannya dari daerah-daerah maju. Inti dari tesis Rosenstein-Rodan adalah bahwa untuk menanggulangi hambatan pada pembangunan ekonomi di NSB dan untuk mendorong perekonomian tersebut ke arah kemajuan diperlakukan suatu “dorongan besar-besaran” atau suatu program menyeluruh yang mengacu pada sejumlah minimum investasi tertentu. Menurut Rosenstein-Rodan, ada tiga jenis syarat mutlak minimal dan eksternalitas ekonomi, yaitu:
1.      Syarat mutlak minimal dalam fungsi produksi. Menurut Rosenstein-Rodan, jumlah investasi minimal dalam input ataupun proses produksi akan berpengaruh pada kenaikan pendapatan yang diperoleh.
2.      Syarat mutlak minimal pada permintaan. Syarat mutlak minimal permintaan atau saling melengkapinya permintaan, solusinya adalah pendirian secara serentak industri-industri yang saling berkaitan di NSB


3.      Syarat mutlak minimal pada persediaan tabungan. Elastisitas pendapatan yang tinggi dari tabungan merupakkan syarat mutlak minimal ketiga yang diajukan oleh Rosenstein-Rodan. Sejumlah minimum investasi tertentu memerlukan sejumlah proporsi tertentu dari tabungan.

MENURUT NURKSE
Pada dasarnya, pandangan Nurkse tidak banya berbeda dengan Rosenstein-Rodan. Dalam analisisnya, Nurkse (1956) menekankan bahwa  pembangunan ekonomi bukan hanya menghadapi masalah pada kelangkaan modal, tetapi juga dalam mendapatkan pasar bagi barang-barang industri yang akan dikembangkan. Nurkse mengatakan bahwa tingkat investasi yang rendah muncul sebagai akibat dari rendahnya daya beli masyarakat, sedangkan rendahnya daya beli itu disebabkan oleh rendahnya pendapatan riil masyarakat. Rendahnya pendapatan riil masyarakat ini disebabkan oleh rendahnya produktivitas. Fenomena tersebut yang kemudian kita kenal dengan nama “lingkaran setan kemiskinan”. Jadi, menurut Nurkse, strategi pembangunan seimbang memerlukan adanya keseimbangan pada berbagai sektor ekonomi. Harus ada keseimbangan antara investasi sektor pertanian dan di sektor industri, karena kedua sektor ini dinilai saling melengkapi satu sama lain.

MENURUT SCITOVSKY
Hirschman mengelompokkan Tibor Scitovsky dan Arthur Lewis sebagai pencetus pembangunan keseimbangan pada sisi penawaran, sedangkan Rosenstein-Rodan menekankan pada sisi permintaan. Scitovsky (1954) menyebutkan adanya dua konsep eksternalitas ekonomi dan manfaat yang diperoleh suatu industri dari adanya dua macam eksternalitas ekonomi yang ada dalam perekonomian tersebut. Ekternalitas ekonomi dibedakan menjadi dua yaitu seperti yang terdapat dalam teori keseimbangan dan seperti yang terdapat dalam teori pembangunan. Dalam teori keseimbangan (teori ekonomi konvensional), eksternalitas ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan efisiensi yang terjadi pada suatu industri sebagai akibat dari adanya perbaikan teknologi pada industri lain. Eksternalitas ekonomi seperti ini disebut eksternalitas ekonomi teknologi (technological external economies). Di sisi lain, hubungan saling ketergantungan antara berbagai industri juga dapat menciptakan eksternalitas ekonomi yang berkaitan dengan keuangan (pecuniary external economies), yatu kenaikan keuntungan yang dperoleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh tindakan-tindakan perusahaan lain.

MENURUT LEWIS
Sementara itu, dalam analisisnya Lewis (1954) menekankan tentang perlunya pembangunan seimbanga yang didasarkan pada keuntungan yang akan diperoleh dari adanya saling ketergantugan antara berbagai sektor, yaitu antara sektor pertanian dan sektor industri serta antara sektor dalam negeri dan luar negeri. Menurut Lewis, akan timbul banyak masalah jika usaha pembangunan hanya dipusatkan pada satu sektor saja. Tanpa adanya keseimbangan pembangunan antara berbagai sektor akan menimbulkan adanya ketidakstabilan dan gangguan terhadap kelancaran kegiatan ekonomi sehingga proses pembangunan proses terhambat

KRITIK TERHADAP STRATEGI PEMBANGUNAN SEIMBANG
Banyak ekonom yang mengkritik strategi pembangunan seimbang, antara lain Hirschman, Streeten, dan Singer. Hirschman dapat dianggap sebagai pengritik yang paling “baik”, karena selain menunjukkan kelemahan-kelemahan strategi pembangunan seimbang, dia juga mengemukakan teorinya, yaitu strategi pembangunan tak seimbang. Berikut ini adalah sejumlah kritik yang diajukan beberapa pakar ekonomi pembangunan tersebut yaitu:
1.      Peningkatan biaya.
2.      Tidak menaruh perhatian pada penurunan biaya.
3.      Adanya kecenderungan hubungan yang bersifat substitutif antarindustri.
4.      Gagal sebagai teori pembangunan.
5.      Di luar kemampuan NSB.
6.      Kelangkaan sumberdaya di NSB.
7.      Adanya disproporsi pada faktor produksi di NSB.
8.      Investasi secara besar-besaran bukanlah sebuah solusi.
9.      Tidak mempertimbangkan faktor perencanaan.

10.  Menimbulkan eksternalitas negatif.

MASALAH PENGANGGURAN DAN TEORI MIGRASI TODARO

DEFINISI PENGANGGURAN
                Tuna karya atau yang biasanya kita kenal dengan pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, dan yang tidak bekerja sama sekali, atau untuk seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran pada umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja yang tidak seimbang dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang tersedia. Pengangguran ini menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatanmasyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Di Negara berkembang seperti Indonesia ini, masalah pengangguran yang makin meningkat dalam pembangunan ekonomi merupakan masalah yang lebih rumit dan lebih serius daripada masalah perubahan dalam distribusi pendapatan yang kurang menguntungkan penduduk yang berpendapatan terendah. Keadaan di Negara-negara berkembang dalam beberapa tahun ini menunjukan bahwa pembangunan ekonomi yang telah tercipta tidak dapat mengadakan kesempatan kerja yang lebih banyak dan cepat daripada pertambahan penduduk. Oleh karenanya itu masalah pengangguran yang mereka hadapi dari tahun ke tahun semakin bertambah banyak.
MACAM-MACAM PENGANGGURAN
Menurut Edgar O. Edwards (1974), untuk melakukan pengelompokkan terhadap jenis-jenis pengangguran, kita perlu memahami dimensi-dimensi berikut ini :

  1. Waktu (banyak di antara mereka yang ingin bekerja lebih lama).
  2.  Intensitas pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi makanan).
  3.  Produktivitas (kurangnnya produktivitas seringkali dsebabkan oleh kurangnya sumberdaya komplementer dalam melakukan pekerjaan).
Berdasarkan beberapa kriteria tersebut, Edwards mengklasifikasikan lima jenis pengangguran yaitu :

  1. Pengangguran terbuka : baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik) maupun secara terpaksa (mereka yang mau bekerja namun tidak emperoleh pekerjaan).
  2.  Setengah menganggur (underemployment) : mereka yang bekerja lamanya (hari, minggu, musiman) kurang dari yang mereka mampu untuk kerjakan.
  3. Tampaknya bekerja namun tidak bekerja secara penuh : yaitu mereka yang tidak digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah menganggur, yang termasuk disini adalah :
·         Pengangguran tidak kentara (disguised unemployment) : yaitu para petani yang bekerja di ladang selama sehari penuh, padahal pekerjaan itu sebenarnya tidak memerlukan waktu selama sehari penuh.
·         Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment) : yaitu orang yang bekerja tidak sesuai dengan tingkat atau jenis pendidikannya.
·         Pensiun lebih awal. Fenomena ini merupakan kenyataan yang terus berkembang di kalangan pegawai pemerintah. Di beberapa negara, usia pensiun dipermuda sebagai alat untuk menciptakan peluang bagi kaum muda untuk menduduki jabatan di atasnya.

4. Tenaga kerja yang lemah (impaired) : yaitu mereka yang mungkin bekerja full time, namun intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.
5.Tenaga kerja yang tidak produktif : yaitu mereka yang mampu untuk bekerja secara produktif, namun karena sumberdaya komplementernya kurang memadai, maka mereka tidak dapat menghasilkan sesuatu dengan baik.
Berdasarkan penyebab terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam yaitu:
§  Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan karena adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan yang tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin majunya suatu perekonomian di suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
§  Pengangguran konjungtural (cycle unemployment)
Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan karena perubahan  gelombang (naik-turunnya) suatu kehidupan perekonomian atau siklus ekonomi.
§  Pengangguran struktural (structural unemployment)
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka waktu panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, yaitu seperti:
1.      Akibat permintaan berkurang
2.      Akibat kemajuan dan penggunaan teknologi
3.      Akibat adanya kebijakan dari pemerintah

§  Pengangguran musiman (seasonal Unemployment)
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur sampai kondisi tertentu. Contohnya seperti petani padi yang menanti musim panen , pedagang durian yang menanti musim durian.

§  Pengangguran siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat dari imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
§  Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
§  Pengangguran siklus
Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate demand).

DAMPAK-DAMPAK DARI PENGANGGURAN
Akibat-akibat yang ditimbulkan dari tingginya angka pengangguran
Bagi Negara:
1.      Penurunan pendapatan perkapita.
2.      Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
3.      Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
Bagi Masyarakat:
1.      Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
2.      Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
3.      Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.

CARA MENGATASI PENGANGGURAN
Karena adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut

Cara Mengatasi Pengangguran Struktural

Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
§  Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
§  Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
§  Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
§  Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.

Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut.
§  Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya.
§  Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru.
§  Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.
§  Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya.
§  Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatanjalan rayaPLTUPLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.

Cara Mengatasi Pengangguran Musiman
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara sebagai berikut.
§  Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain, dan
§  Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.

Cara Mengatasi Pengangguran Siklis
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut.
§  Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
§  Meningkatkan daya beli masyarakat.


HUBUNGAN ANTARA PENGANGGURAN, KEMISKINAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Ada hubungan yang erat antara tingginya tingkat pengangguran, luasnya kemiskinan, dan distribusi pendapatan yang tidak merata. Salah satu mekanisme pokok dalam mengurangi kemiskinan dan kepincangan ditribusi pendapatan di NSB adalah memberikan upah yang memadai dan menyediakan kesempatan-kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat miskin. Oleh karena itu, peningkatan kesempatan kerja merupakan unsur yang paling esensial dalam setiap strategi pembangunan yang menitikberatkan kepada penghapusan kemiskinan.

HUBUNGAN ANTARA PENGANGGURAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

Secara teoretis, pertumbuhan ekonomi dan pengangguran memiliki hubungan yang erat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menciptakan sebuah skema pengurangan angka pengangguran. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan akan menciptakan pertumbuhan output, sehingga dibutuhkan banyak tenaga kerja untuk mengejar kapasitas mengindikasikan adanya hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan pengangguran, semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi maka semakin rendah tingkat penganggurannya, dan sebaliknya.

TEORI MIGRASI TODARO

Todaro (1998) menyatakan migrasi merupakan suatu proses yang sangat selektif
mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, sosial, pendidikan dan demografi tertentu, maka pengaruhnya terhadap faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi dari masing-masing individu juga bervariasi. Variasi tersebut tidak hanya terdapat pada arus migrasi antar wilayah pada negara yang sama, tetapi juga pada migrasi antar negara. Beberapa faktor non ekonomis yang mempengaruhi keinginan seseorang melakukan migrasi adalah:
·         Faktor-faktor sosial, termasuk keinginan para migran untuk melepaskan dari kendala-kendala tradisional yang terkandung dalam organisasi-organisasi sosial yang sebelumnya mengekang mereka.
·         Faktor-faktor fisik, termasuk pengaruh iklim dan bencana meteorologis, seperti banjir dan kekeringan.
·         Faktor-faktor demografi, termasuk penurunan tingkat kematian yang kemudian mempercepat laju pertumbuhan penduduk suatu tempat.
·         Faktor-faktor kultural, termasuk pembinaan kelestarian hubungan keluarga besar yang berada pada tempat tujuan migrasi

·         Faktor-faktor komunikasi, termasuk kualitas seluruh sarana transportasi, sistem pendidikan yang cenderung berorientasi pada kehidupan kota dan dampak-dampak modernisasi yang ditimbulkan oleh media massa atau media elektronik.

KEMISKINAN DAN MASALAH PENDUDUK

PENDUDUK
Masalah kependudukan yang dimaksud disini adalah pertambahan jumlah penduduk yang sangat tinggi. Pertumbuhan ini akan menimbulkan masalah dan hambatan bagi upaya-upaya pembangunan yang dilakukan karena pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut menyebabkan cepatnya pertambahan jumlah tenaga kerja , sedangkan kemampuan dalam menciptakan kesempatan kerja baru sangat terbatas. Hal ini menyebabkan masalah pengangguran semakin serius.
KEMISKINAN
Menurut para ahli (antara lain Andre Bayo Ala, 1981), kemiskinan itu bersifat multi dimensional. Artinya, karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek. Dilihat dari kebijakan umum, maka kemiskinan meliputi aspek primer yang berupa miskin akan aset, organisasi sosial politik dan pengetahuan serta keterampilan dan aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber keuangan dan informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikandalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik dan tingkat pendidikan yang rendah.
Selain itu, dimensi-dimensi kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung mapun tidak langsung. Hal ini berarti bahwa kemajuan dan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya.
PENYEBAB KEMISKINAN
Kemiskinan dapat diamati sebagai kondisi anggota masyarakat yang tidak/belum ikut serta dalam proses perubahan karena tidak mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam pemilikan faktor produksi maupun kualitas faktor produksi yang memadai sehingga tidak mendapatkan manfaat dari hasil proses pembangunan. Dengan kata lain, masalah kemiskinan ini bisa selain ditumbulkan oleh hal yang sifatnya alamiah/kultural juga disebabkan oleh miskinya strategi dan kebijakan pembangunan yang ada, sehingga para pakart pemikir tentang kemiskinan kebanyakan melihat kemiskinan sebagai masalah struktural yaitu kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat tersebut tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.

UKURAN KEMISKINAN
Ada 2 macam ukuran kemiskinan yang umum digunakan yaitu :
1.
Kemiskinan Absolut
Adalah kemiskinan yang diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya. Konsep ini dimaksud untuk menetukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup.
Kesulitan utama dalam konsep kemiskinan absolut adalah menetukan komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga oleh iklim, tingkat kemajuan suatu negara dan bernbagai faktor ekonomi lainnya.
United Research Institute for Social Development (URISD) menggolongkan kebutuhan dasar manusia atas 3 kelompok yaitu :
1. Kebutuhan fisik primer yang terdiri dari kebutuhan gizi, perumahan dan kesehatan.
2. Kebutuhan kultural yang terdiri dari pendidikan, waktu luang dan rekreasi serta ketenangan hidup.
3. Kelebihan pendapatan untuk mencapai kebutuhan lain yang lebih tinggi.
2. Kemiskinan Relatif
Konsep kemiskinan relatif bersifat dinamis sehingga kemiskinan akan selalu ada. Oleh karena itu, Kincaid (1975) melihat kemiskinan dari aspek ketimpangan sosial. Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah, maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dpaat dikategorikan selalu miskin.
INDIKATOR KEMISKINAN
Indikator kemiskinan ada bermacam-macam yaitu:
·         Tingkat konsumsi beras : Sajogyo (1977) menggunakan tingkat konsumsi beras per kapita sebagai indikator kemiskinan.
·         Tingkat pendapatan : adanya perbedaan yang cukup mencolok pada penetapan garis kemiskinan antara daerah perdesaan dan perkotaan kiranya dapat dimengerti karena dinamika kehidupan yang berbeda antara keduanya (desa dan kota).
·         Indikator kesejahteraan rakyat : Pada salah satu publikasi PBB (1961) yang berjudul International Definition and Measurement of Levels of Living : An Interim Guide disarankan 9 komponen kesejahteraan yaitu kesehatan, konsumsi makanan dan gizi, pendidikan, kesempatan kerja, perumahan, jaminan sosial, sandang, rekreasi dan kebebasan.


·         Indeks kemiskinan manusia : Indeks ini diperkenalkan oleh UNDP (United Nations Development Program) dalam salah satu laporan tahunannya, Human Development Report (1997). Indeks ini terlahir karena ketidakpuasan UNDP dengan indikator pendapatan per dolar per hari yang digunakan oleh Bank Dunia sebagai tolok ukur kemiskinan dari segi pendapatan (Bank Dunia) dengan ukuran dari segi kualitas hidup manusia. Menudut UNDP, ada tiga nilai pkok yang menentukan tingkat kemiskinan yaitu tingkat kehidupan, tingkat pendidikan dasar, dan tingkat kemapanan ekonomi.
STRATEGI / KEBIJAKAN DALAM MENGURANGI KEMISKINAN
1.
Pembangunan Pertanian
Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di Indonesia. Ada 3 faktor utama yang mendasari kebijakan ini. Pertama, berkurangnya beban penderitaan secara langsung dapat memuaskan kebutuhan atas konsumsi barang-barang pokok yang juga merupakan tujuan kebijakan sosial yang sangat penting. Kedua,  perbaikan kesehatan akan meningkatkan produktivitas golongan miskin, kesehatan yang lebih baik akan meningkatkan daya kerja, mengurangi hari tidak bekerja dan meningkatkan output energi. Ketiga, penurunan tingkat kematian bayi dan anak-anak secara tidak langsung juga berperan dalam mengurangi kemiskinan yaitu menurunkan tingkat kesuburan, tingkat kematian yang semakin rendah tidak saja membantu para orang tua untuk mencapai jumlah keluarga yang mereka inginkan, namun juga membantu mereka menginginkan keluarga yang lebih kecil.
2. Pembangunan Sumber Daya Manusia
Dapat dengan perbaikan serta peningkatan akses terhadap konsumsi pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan dan gizi). Ada 3 aspek dari pembangunan pertanian yang telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pengurangan kemiskinan tersebut, terutama di daerah perdesaan. Konribusi terbesar bagi peningkatan pendapatan perdesaan dan pengurangan kemiskinan perdesaan dihasilkan dari adanya revolusi teknologi dalam pertanian padi, termasuk pembangunan irigasi.
3. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Fleksibilitas dan pengetahuan mereka tentang komunitas yang mereka bina, membuat LSM dapat menjangkau golongan miskin lebih efektif. Keterlibatan LSM juga meringankan biaya finansial dan staff dalam pengimplementasian program padat karya untuk mengurangi kemiskinan. Ada beberapa bentuk organisasi-organisasi kemasyarakatan tersebut, antara lain : Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Lembaga Pembina Swadaya Masyarakat (LPSM), organisasi-organisasi sosial lainnya, dan organisasi-organisasi semi-pemerintah.